Teknik Meliput dan Menulis Berita Jurnalistik

    0
    1922
    (Foto/ist)

    MMCIndonesia.id – Kegiatan meliput dan menulis merupakan dua tugas yang mesti dijalani bagi seseorang yang berprofesi sebagai jurnalis. Kalau seorang wartawan sudah meliput berita maka proses pengolahannya menjadi sebuah berita tidak bisa diserahkan kepada orang lain, tetapi harus dikerjakan langsung oleh wartawan yang bersangkutan.

    Kalau sebuah peristiwa diliput oleh wartawan A kemudian proses penulisan beritanya dikerjakan oleh wartawan B, maka berita tersebut kemungkinan besar akan menjadi hambar, bias dan kehilangan makna. Realitas yang ditangkap oleh mata dan telinga wartawan A berbeda saat diterjemahkan oleh wartawan B karena dia tidak terjun langsung ke lapangan.

    Seorang wartawan yang menulis berita tidak mesti meliput ke lapangan. Wartawan seringkali menerima pers release dari perusahaan atau instansi. Rilis tersebut bisa dikirim melalui e-mail, faksimil atau dikirim melalui surat. Kalau rilis tersebut sudah memenuhi unsur-unsur pembuatan berita atau sudah layak siar maka materi tersebut siap dikerjakan.

    Unsur-unsur pembuatan berita diawali dengan rumus yang dikenal 5W (what, why, who, when dan where) dan 1 H (how). Sedangkan di Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara ditambah lagi dengan rumus 3E (empowering, educating, enlightening) dan 1N (nationalism) karena lembaga ini menjalankan fungsi Public Service Obligation (PSO).

    Teknik Meliput Berita

    Sebelum meliput berita ke obyek sasaran ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai bekal. Berikut beberapa tips sederhana berdasarkan pengalaman pribadi selama menjadi wartawan.

    1. Peralatan liputan seperti notes, tape recorder, pulpen dan kamera mesti disiapkan. Perkembangan sekarang peralatan ini sudah bisa digantikan dengan satu unit smartphone seperti blackberry.

    2. Memahami isu yang berkembang. Manajemen redaksi dalam media yang sudah mapan biasanya menyiapkan agenda setting atau risalah perencanaan pemberitaan mingguan. Persiapan ini perlu dilakukan agar wartawan tidak gagap saat di lapangan.

    3. Menyiapkan materi wawancara. Persiapan yang dilakukan meliputi materi-materi pertanyaan yang hendak ditanyakan ke narasumber.

    4. Memahami narasumber. Narasumber yang diwawancarai adalah orang yang mempunyai kompetensi dibidangnya. Mengetahui jabatan dan latar belakang akademis sumber berita sangat diperlukan.

    5. Sumber Berita. Sebuah berita sumbernya bermacam-macam seperti pengalaman langsung wartawan, pers release, konferensi pers, informasi dari media social seperti facebook dan twitter, status di blackberry messenger, obervasi dan wawancara.

    6. Kartu identitas. Kartu pers bisa berasal dari perusahaan, dari asosiasi wartawan seperti PWI, AJI dan IJTI atau bisa berasal dari dewan pers.

    7. Perhatikan jarak. Kemacaten arus lalu lintas memberikan pelajaran bagi jurnalis untuk mengelola waktu sebaik mungkin.

    8. Pos liputan atau wilayah. Pembagian pos liputan seperti Hankam, pendidikan, ekonomi atau life style mempermudah redaksi agar wartawan bisa fokus ke bidang tertentu. Demikian pula penempatan wartawan di daerah-daerah tertentu membantu wartawan fokus di daerah tersebut.

    9. Keterikatan waktu. Penulisan berita peristiwa tidak bisa ditunda keesokkan harinya karena akan basi kecuali kalau tulisan tersebut berbentuk karangan khas.

    10. Menjaga kontak. Menjaga hubungan baik dan memelihara jejaring dengan narasumber perlu dilakukan karena ada kalanya mereka hanya memberikan informasi pada wartawan tertentu.

    11. Daerah Konflik. Peliputan di daerah konflik memiliki kiat-kiat tersendiri terkait dengan keselamatan wartawan.

    Teknik Penulisan Berita

    Setelah mendapatkan materi berita langkah selanjutnya untuk pembuatan berita adalah menulis berita. Berita pada umumnya dikategorikan menjadi dua jenis yakni berita lempang (straight news) dan karangan khas (features). Teknik penulisan kedua kategori berita tersebut berbeda. Berita lempang dibatasi waktu, sedangkan karangan khas tenggat waktunya lebih longgar.

    Berita lempang digunakan dalam penulisan berita peristiwa sehari-hari. Dalam perkembangannya ada juga berita lempang yang ditulis secara bercerita. Pembuatan pers rilis yang dilakukan instansi-instansi umumnya menggunakan berita lempang dengan dilampiri foto pendukung.

    Teknik penulisan berita lempang yang sederhana adalah menggunakan piramida terbalik (Gambar 1). Pembuatan berita diawali dengan gagasan utama dalam lead. Pembuatan lead ini mesti menjawab pertanyaan 5W dan 1H. Setelah itu baru diikuti gagasan pendukung dan detail yang ada dalam tubuh berita.

    Penulisan berita dengan model piramida terbalik dilatarbelakangi oleh keinginan untuk menyampaikan inti gagasan secepat mungkin kepada pembaca. Dalam era digital yang demikian cepat orang cenderung membaca lead dahulu baru kemudian melanjutkan secara lengkap kalau tidak sibuk.

    Bahkan dalam sistem penulisan di LKBN Antara orang diharapkan faham hanya dengan membaca judulnya. Kalau penulisan lead menggunakan pola Subyek + Predikat + Obyek + Keterangan (S P O K), maka penulisan judul berita tidak boleh lebih dari tujuh kata.

    Selain tentang metode penulisan diatas ada pendapat dari Dahlan Iskan tentang rukun iman berita yang tidak boleh ditinggalkan sebagaimana rukun iman bagi umat Islam. Sebagaimana ditulis dalam buku Akal Sehat Dahlan Iskan karangan Joko Intarto. Rukun iman berita adalah tokoh, besar, dekat, yang pertama, human interest, bermisi, unik, ekslusif, trend dan prestasi

    1. Tokoh. Semua peristiwa yang menyangkut tokoh layak diberitakan. Misal Gubernur Jatim masuk rumah sakit karena demam berdarah.
    2. Besar. Semua peristiwa yang besar layak diberitakan. Misal, gempa bumi dengan kerugian banyak
    3. Dekat. Peristiwa kecil yang dekat kita layak diberitakan daripada peristiwa yang sama tetapi jauh. Misal, gempa di Jember korbannya 10 orang di Meksiko 100 orang.
    4. Yang pertama. Peristiwa yang pertama kali terjadi layak diberitakan.
    5. Human Interest. Semua peristiwa yang menyentuh kemanusiaan layak diberitakan.
    6. Bermisi. Setiap berita harus memiliki tujuan misalnya mencerdaskan, mendidik, memotifasi
    7. Unik. Setiap peristiwa yang unik layak untuk diberitakan.
    8. Eksklusif. Semua berita eksklusif layak diberitakan missal berita investigasi.
    9. Trend, trend gaya hidup atau perilaku.
    10.Prestasi. Kisah-kisah keberhasilan seseorang.(red)

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here