MenkopUKM : ToMiRa Jadi Bukti Kemitraan Strategis Antara Peritel Modern Dengan Koperasi dan UMKM

0
204

Yogyakarta, MMCIndonesia.id – Kementerian Koperasi dan UKM mengapresiasi inisiatif dari pemerintah Kabupaten Kulonprogo yang mampu melahirkan kemitraan strategis antara koperasi di wilayahnya dengan peritel modern, PT Indomarco Prismatama (Indomaret). Sinergi dan kolaborasi yang dicetuskannya dengan nama Toko Milik Rakyat (ToMiRa) ini dinilai mampu melindungi eksistensi pasar rakyat dan juga UMKM di wilayah Kulonprogo.

Pola kerjasama yang baik antara ritel modern dengan koperasi yang membawahi banyak UMKM di Kulonprogo dengan peritel modern tersebut diyakini akan mampu meningkatkan daya saing. Keberadaan Tomira tercetus melalui Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Kulonprogo Nomor 11 tahun 2011 tentang perlindungan dan pemberdayaan pasar tradisional serta penataan pusat perbelanjaan dan toko modern.

Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki siap mendukung program inovasi ToMiRa tersebut untuk bisa direplikasi di daerah lain demi memberikan perlindungan pada pasar tradisional, koperasi dan juga UMKM. Dalam ToMiRa tersebut, produk UMKM yang dikelola oleh koperasi dipajang di setiap gerai yang ada di wilayah administrasinya. Inisiasi pemerintah Kulonprogo tersebut patut untuk dijadikan role model bagi pemerintah daerah lainnya dalam upaya pemberdayaan ekonomi rakyat.

“Saya tertarik untuk kembangkan Tomira melalui koperasi, saya tugaskan pak Ahmad Zabadi (Deputi Bidang Perkoperasian) dan Pak Supomo (Dirut LPDB KUMKM) untuk exercise nanti pengembangannya seperti apa, kalau itu nanti bisa baik kita mungkin bisa jadikan policy nasional,” kata Teten dalam kunjungan kerjanya di Kulonprogo, Yogyakarta, Jumat (28/5).

Teten menegaskan, pola sinergi yang dilakukan Pemkab Kulonprogo tersebut sebagai bukti bahwa peritel modern bisa diharmonisasikan dengan koperasi dan UMKM. Selain bisa meningkatkan daya saing, gagasan tersebut juga memberikan brand image baru bagi produk UMKM. ToMiRa dipercaya bisa mendorong perluasan jaringan pasar pada produk lokal.

“Saya kira Tomira bisa menjadi model bagaimana menyelamatkan warung tradisional, UMKM dan koperasi dengan proyek kemitraaan, ini terobosan yang baik sekali,” lanjut Teten.

Sementara itu terkait dengan pendampingan UMKM yang mensuplai produknya ke ToMiRa, pemerintah menyiapkan skema pendanaan yang murah yaitu melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB). Syaratnya UMKM yang menginginkan permodalan harus tergabung dalam sebuah koperasi sebagai takeovernya.

“Kita punya dana bergulir melalui LPDB yang khusus untuk koperasi, saya kira wujud nyata sektor riil, dimana UMKM harus diperkuat melalui dukungan pembiayaan,” sambung Teten.

Seperti diketahui inovasi ToMiRa yang dikembangkan Pemkab Kulonprogo, mengacu pada Perda 11/2011 yang berisikan tentang pelarangan setiap pendirian gerai ritel modern atau waralaba dengan jarak kurang dari 1.000 meter dengan pasar tradisional. Di dalam perda juga mewajibkan adanya produk-produk UMKM lokal untuk dipasarkan dan dipajang dalam rak produk minimal 20 persen dari total space yang ada.

Teten menyadari meski sinergi ini sangat baik untuk ditingkatkan namun ada catatan yang harus diperhatikan oleh koperasi maupun UMKM yaitu jaminan keberlangsungan pasokan. Kemudian juga peningkatan kualitas produk baik dari sisi packaging, hingga proses pengolahan sampai pada kapasitas produksi siap edar. Menurutnya banyak UMKM yang lemah di beberapa sisi sehingga berpotensi terjadi kekosongan pasokan di saat permintaan tinggi.

“Saya dengar dari pak Bupati bahwa pihaknya komitmen untuk memperbaiki branding, packaging hingga kapasitas produksinya. Saya kira ini memang harus dilakukan,” pungkas Teten.

Sementara itu Bupati Kulonprogo, Sutedjo menjelaskan bahwa gagasan peluncuran progam ToMiRa telah mendapatkan pengakuan dari pemerintah pusat hingga beberapa lembaga. Hal itu dibuktikan dengan diraihnya penghargaan bintang jasa utama dari Presiden RI. Kemudian penghargaan Natamukti lalu Top 99 Inovasi Pelayanan Publik 2017. Penghargaan dari Kementerian Koperasi dan UKM serta kesempatan menyampaikan gagasan di forum PBB.

Sutedjo berkomitmen akan terus mengembangkan model kemitraan tersebut demi menggerakkan ekonomi akar rumput. Terlebih saat ini di wilayahnya sudah beroperasi Bandara New Yogyakarta International Airport yang bisa menjadi showcase bagi produk UMKM atau koperasi agar lebih dikenal di pasar domestik atau global. Pihaknya akan memanfaatkan potensi baik ini dengan memajang aneka produk UMKM lokal di bandara tersebut melalui gerai ToMiRa.

“Itu memantapkan kami untuk terus melakukan pembinaan pada UMKM.  Kami masih tertantang bagaimana menjadikan usaha mikro yang jumlahnya luar biasa banyaknya di wilayah kami itu jadi kekuatan besar agar ekonomi di Kulonprogo bisa bangkit,” papar Sutedjo saat menerima kunjungan kerja rombongan KemenkopUKM di ruang kerjanya.

Sutedjo bersyukur inovasinya tersebut secara perlahan-lahan kini sudah mulai dilirik oleh pemerintah daerah lainnya. Hal itu dibuktikan dengan sudah banyaknya perwakilan daerah yang menyambangi kantornya untuk melakukan study terkait ToMiRa. Dia berharap buah kerja keras dari seluruh timnya tersebut dapat menginspirasi daerah lainnya yang menginginkan ekonominya bangkit melalui pemberdayaan UMKM, koperasi dan perlindungan pasar tradisional.

“Saya harap kepada Pak Menteri Teten kalau ada program – program tertentu yang bisa dialokasikan di Kulonprogo demi kemajuan ekonomi. Sebab Kulonprogo ini menjadi kabupaten dengan tingkat pertumbuhan ekonomi lebih rendah dibandingkan dengan 4 Kabupaten/ Kota yang ada di Yogyakarta,” pungkasnya.(*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here